Sekerat Kepedulian di Negeri Impian

Posted by Unknown Kamis, Januari 19, 2012 0 komentar
Tepat 31 Oktober lalu, bumi ini dihuni tujuh milyar manusia. Jumlah yang mengagumkan. Tapi, sadarkah kita jika petaka mengintip di balik ‘prestasi besar' ini?

Ahli kependudukan mencatat bahwa sejak pertama kali manusia ada, butuh waktu satu juta tahun untuk mencapai populasi satu miliar. Ini tercapai pada tahun 1825. Namun, setelah itu pertambahan manusia melesat. Hanya perlu satu abad untuk menembus angka 2 miliar. Dan 50 tahun kemudian (tahun 1975), populasi manusia meledak menembus angka empat miliar.

Bagaikan rem kendaraan yang telah blong, jumlah manusia terus melaju. Tahun 2000, 6,35 miliar manusia terbukukan. Sebelas tahun kemudian (2011), genaplah angka tujuh milyar. Angka yang membuat para pemerhati pangan menjadi was-was.

Mengapa? Karena mereka tahu bahwa bumi ini mungkin tak akan sanggup lagi menyediakan kebutuhan manusia yang tak terbatas. Apalagi bagi mereka yang memiliki jiwa-jiwa serakah. Hasrat dari para manusia pembuat kerusakan.

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia..." (QS. ar-Rum [30]: 41).

Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami adalah orangorang yang ingin mengadakan perbaikan.' Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi, tetapi mereka tiada sadar." (QS. al-Baqarah [2]: 11-12).

Dan kerusakan yang paling parah adalah kerusakan dalam dimensi akhlak. Mengikis kepedulian terhadap sesama manusia.   

Pentingnya Arti Peduli
Tentunya masih segar diingatan kita akan kisah tragis bocah dua tahun yang tertabrak mobil
van dan terlindas di Kota Foshan, Cina Selatan. Tak beberapa lama, sebuah truk ukuran
tiga perempat yang melintas juga melindas bocah balita itu. Seakan tidak ada setitik pun rasa kasihan, mobil-mobil itu berlalu begitu saja meninggalkannya sekarat di tengah jalan. Lebih ironis lagi, belasan orang-orang melintas, tak ada yang peduli sama sekali.

Peristiwa tragis yang menyentil rasa kemanusiaan ini, seakan jadi alarm bagi siapa pun bahwa rasa kepedulian manusia modern sudah berada di titik nadir. Himpitan ekonomi, tuntutan pekerjaan, gaya hidup individualistis, dan sistem kemasyarakatan (ideologi) yang tak lagi menghargai nyawa manusia, jadi faktor penyebab maupun pemicunya. Selain tentunya jumlah manusia di bumi ini yang semakin membludak. Yang mengakibatkan gesekan kepentingan seremeh apa pun, bisa berujung pada hilangnya nyawa atau mengabaikan manusia lain.

Sudah lelah rasanya melihat bagaimana berbagai aksi anarkis merontokkan nilai-nilai kemanusiaan. Di berbagai belahan negeri, terjadi peristiwa-peristwa yang tak kalah menyesakkan. Lihat saja bagaimana seringnya terjadi demonstrasi berdarah, para krimiminal yang semakin sadis menghabisi korban-korbannya, kekerasan berlatar belakang sentimen keagamaan, suku atau ketidakpuasan terhadap penguasa, konser musik maupun pertandingan bola yang ricuh dan memakan korban, hingga pembagian uang zakat atau sedekah pun harus ditebus dengan kematian. Apakah sudah begitu rendahnya nyawa atau kehidupan manusia? 

Padahal, Allah menciptakan setiap manusia sebagai semulia-mulianya ciptaan. Tiap manusia terlahir dengan tugas sucinya masing-masing. Apa pun pekerjaannya. Apa pun jenis kelamin, suku, bangsa maupun strata sosialnya, ia tetaplah manusia mulia. Tempat bersemayam ruh yang ditiupkan oleh Sang Rabbul Izzati.

"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al Israa' [17]: 70).

Jika Allah saja menempatkan manusia sebagai ciptaannya yang mulia, mengapa manusia malah menafikannya? Tidak peduli kepada manusia lain kecuali ketika kepeduliannya itu berbalas hal yang menguntungkan. Kepedulian semu atau kepedulian yang berakar karena ‘ada maunya'.   

Ukhuwah Fillah
Melihat dan mencontoh kembali bagaimana Rasulullah saw membumikan nilai-nilai Quran di negeri Mekah, harus jadi rujukan. Saat itu, sebelum Islam hadir, masyarakat Arab berdiri di atas nasab keturunan. Tapi setelah Rasulullah berdakwah menyebarkan Islam, masyarakat Arab pun mulai hidup memegang prinsip wihdatul aqidah (kesatuan akidah) dan wihdatul ghayah (kesatuan tujuan). Yang kemudian membentuk wihdatul syu'ur (kesatuan perasaan). Adanya kesatuan perasaan inilah yang dapat membawa tingkat ukhuwah yang sebenar-benar ukhuwah, yaitu ukhuwah fillah (persaudaraan karena Allah).

Ukhuwah fillah adalah sebuah ikatan persahabatan atau persaudaraan yang berlandaskan keridhaan Allah semata. Cinta kasih karena Allah (al-Hubbfillah). Ia berdiri tegak atas asas takaful (melengkapi), takamul (menyempurnakan), dan tafahum (memahami).

Ikatan seperti ini yang mampu melahirkan kepedulian sejati. Yang terjalin karena terpautnya hati oleh iman dan akidah. Bukan oleh paham kebangsaan (nasionalisme), kesukuan, ataupun kelompok. Paham-paham yang kini terasa begitu menghegemoni pemikiran umat Islam. Melupakan bahwa ikatan iman yang ditegakkan atas manhaj Allah saja, yang mampu menjadi pengikat dan pemersatu umat.   

Ali bin Abi Talib ra. pernah berkata, "Akan datang di suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja, al-Quran hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari zikir menyebut Asma Allah. Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga..."

Ucapan Ali ini patut untuk selalu kita camkan. Bahwa Islam akan jadi terasing bahkan bagi umatnya sendiri ketika kita tidak lagi berhukum dengan al-Quran pada setiap persoalan dan mengambil sunnah rasul sebagai undang-undang hidup. Persaudaraan atau kepedulian yang tulus pun hanya jadi impian semata. Wallahu ‘alam bishawab.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Sekerat Kepedulian di Negeri Impian
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://laztpualmumtazsambas.blogspot.com/2012/01/sekerat-kepedulian-di-negeri-impian.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of LAZ TPU AL MUMTAZ.